Rumah Suluk Khairul Amal Desa Muara basung kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. (Foto: Istimewa) |
BersamaKitaNews.com, Pinggir - Rumah Suluk Khairul Amal Desa Muara Basung Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis, menjadi salah satu tempat yang menggelar aktivitas Suluk, Kamis (21/03/2024).
Rumah Suluk merupakan kegiatan berzikir secara terus-menerus mengingat Allah, meninggalkan pikiran dan perbuatan duniawi hanya untuk mendekatkan diri dan memperoleh keridhaan Allah.
Aktivitas zikir ini merupakan pengajian ilmu dari Tarekat Naqsyabandiyah, dan tidak terlihat jelas wajah orang-orang ketika mengucapkan ayat-ayat Allah lantaran tertutup kain sorban atau mukena.
Itu merupakan salah satu syarat bagi jemaah Suluk setiap bulan suci Ramadhan di rumah suluk Khairul Amal.
Jemaah Suluk Khairul Amal pada tahun-tahun sebelumnya hanya bagi laki-laki perempuan dewasa, bahkan juga terlihat beberapa orang tua.
Namun, diramadhan tahun ini, Suluk di ikuti oleh jemaah perempuan yang mayoritasnya adalah kaum ibu-ibu.
"Jumlah yang ikut Suluk di tempat kita tidak bertambah, Berkurang seperti dari tahun lalu, kebetulan tahun ini ada jamaah perempuan, yang tidak ada pada tahun-tahun sebelumnya," kata pimpinan rumah suluk Khairul Zaman.
Jemaah Suluk di muara basung ini tidak berasal dari masyarakat terdekat, melainkan berasal dari daerah lain. Mereka tidak dibenarkan untuk pulang atau keluar dari perkarangan rumah suluk sampai kegiatan selesai hingga waktu yang telah ditentukan.
"Jadi mereka tidak pulang ke rumah, untuk istirahat nya sudah ada waktu-waku tertentu yang telah ditetapkan," ujarnya.
Khairul zaman mengatakan, jemaah yang mengikuti Suluk tahun ini di rumah suluk Khairul Amal yang ia pimpin sebanyak 31 orang, 12 laki-laki 19 perempuan.
Di rumah suluk Khairul Amal desa muara basung ini, Suluk dilaksanakan selama 10 hari Saja. Namun sebenarnya juga bisa dilakukan 20 sampai 40 hari, itu tergantung dari hasil musyawarah para ahli Sulok setiap tahunnya.
Tuan guru Khairul zaman, menuturkan, kegiatan ibadah Suluk bulan Ramadhan ini sudah sangat dimaklumi dan diketahui oleh masyarakat umum di muara basung, bahwa paling afdhal atau sempurna dari yang lainnya," ujarnya.
"Karena ada sembahyang, puasa Qiamul lail dan lainnya, Suluk ini merupakan kegiatan ibadah spesial, lebih dari pada hari-hari lain," katanya.
Karena Suluk dilaksanakan tiap Ramadhan, maka sudah hakikatnya dilaksanakan tawajuh. Ibadah tersebut masuk dalam salah satu pendidikan atau latihan para jamaah mengingat dan berzikir kepada Allah dalam arti yang spesial.
"Tidak hanya dengan mengatakan atau mengucapkan kalimat-kalimat, nama-nama Allah, tidak sekadar ucap. Tetapi memang dilakukan secara lahir batin berzikir kepada Allah," kata Khairul Zaman.
Ketika tawajuh hendak dimulai, terlihat Tujuh pemimpin atau khalifah duduk berhadapan dengan para jemaah yang menghadap kiblat. Lalu, jemaah secara bersama terus memanjatkan doa sembari memutar tasbih.
Saat tawajuh ini lah, para jamaah menutup semua kepala hingga wajah menggunakan sorban. Semua itu dilakukan agar para jemaah benar-benar kusyuk berdzikir dan mengingat Allah, tanpa terganggu pandangan dari luar.
Tawajuh adalah ibadah menghadapkan diri dan membulatkan hati lahir bathin kepada Allah. Dilakukan beberapa kali sehari semalam usai melaksanakan shalat fardhu.
"Jadi katakanlah bermula tarekat selalu mengingat Allah, tidak luput hatinya, lahiriah-nya, lisannya tidak luput, itu lah tujuan utamanya," ujarnya.
Kata Khairul zaman, tawajuh ini menjadi salah satu kelebihan dan keistimewaan dari Tarekat Naqsabandiyah di muara basung.
Khairul zaman menyebutkan, selama melaksanakan ibadah Suluk di bulan Ramadhan, tawajuh
dilakukan sebanyak tiga kali dari 24 jam, di antaranya setelah shalat subuh, zuhur dan Asar.Jika sudah mengikuti Suluk, para jamaah yang belum diangkat Khalifah tidak bisa sembarangan mengonsumsi makanan, ada pantangan-pantangan tertentu yang harus diikuti.
Di mana, kata khairul, pantangan jamaah Suluk itu adalah tidak bisa makan bahan makanan yang berdarah seperti daging, mengandung pengawet, dan barang yang bebas diperjualbelikan yang diragukan kemurnian dan kesuciannya untuk para ahli Suluk.
"Kenapa dilarang, supaya dalam perjalanan Suluk nya, saat mengingat Allah, saat berzikir senantiasa jemaah lepas secara batin dan lahiriah nya. Pantangan ini wajib dijalani dan dipatuhi oleh para ahli Suluk," kata khairul.
Dari atas bangunan setinggi sekitar 3,5 meter itu, tampak jamaah Suluk masih larut dalam dzikir, hingga akhirnya Tuan guru Khairul zaman yang menjadi mursyid membacakan doa dan membacakan salawat bersama para jemaah.
Salawat tersebut sebagai tanda bahwa Suluk siang itu berakhir, jamaah beristirahat, dan akan kembali dilaksanakan pada waktu shalat selanjutnya.
Sebelum melangkahkan kaki dari atas Rumah suluk, para jamaah satu-satu maju untuk bersalaman dengan Tuan guru, kemudian mereka kembali ke tempat istirahat yang telah disediakan.
(Maj/Bkn)